Real
Steel, sekilas ketika kita melihat cover depan film ini, kita pasti
membayangkan kalau film ini akan seperti film-film action penuh adegan
sci-fi seperti Transformer atau Terminator. Memang semua itu tidak
salah, film ini memang terdapat adegan action dengan balutan sci-fi,
namun ada nilai lebih yang ditawarkan dari film Real Steel ini.
Sepanjang
film, kita akan dibawa untuk mengikuti sebuah kisah antara seorang ayah
dan anaknya yang penuh dengan adegan emosional.
Film ini
menceritakan tentang seorang mantan petinju bernama Charlie Kenton (Hugh
Jackman) yang hidup di era dimana pertandingan tinju tidak lagi
dilakukan oleh manusia, namun dilakukan oleh para robot yang
dikendalikan. Namun Charlie bukanlah pengendali robot yang baik,
wataknya yang keras kepala dan egois membuat dia harus terlilit hutang.
Namun
untungnya, ia bisa mendapatkan sejumlah uang jika ia menyerahkan hak
asuh anaknya yang telah lama ia tinggalkan kepada kakak istrinya. Namun,
sebelum itu ia harus menjaga anaknya yang bernama Max selama beberapa
waktu. Nah, sejak saat itulah banyak kisah menarik antara sang ayah dan
anak yang hubungannya tidak baik ini.
Banyak adegan-adegan
seru dan menarik selama mereka membangun robot mereka dari puing-puing
robot, berbekal pengalaman tinju sang ayah, robot yang semula diremehkan
itupun dapat melaju hingga pertandingan robot Internasional. Dan selama
itupun sang ayah mulai merubah sikap buruknya, dan mencoba memperbaiki
hubungan dengan anaknya yang telah lama hilang.
Real Steel
dapat menjadi salah satu tontonan yang menarik bagi keluarga. Jalan
cerita yang berkarakter, serta adegan-adegan action dengan efek visual
yang menganggumkan tentunya menjadikan Real Steel menjadi salah satu
film keluarga yang berkualitas. Selain itu, banyak pelajaran yang dapat
diambil dari film ini seperti sikap pantang menyerah, kepercayaan diri,
juga mengingatkan kembali akan pentingnya hubungan keluarga yang diatas
segalanya.
Premis
Real Steel yang
mengisahkan mengenai pertarungan antara para robot kemungkinan besar
akan membuat banyak penonton membayangkan berbagai adegan yang terdapat
dalam
franchise Transformers (2007 – 2011) milik Michael Bay. Namun,
Real Steel sendiri merupakan sebuah film yang mendasarkan jalan ceritanya pada cerita pendek karya Richard Matheson yang berjudul
Steel
(1956) dan lebih menekankan pada perkembangan hubungan antara karakter
ayah dan anak yang terdapat di dalam jalan cerita daripada mengumbar
berbagai adegan aksi. Pun begitu, Shawn Levy sebagai seorang sutradara
juga tidak serta merta meninggalkan sisi visual film ini dan turut mampu
menghadirkan deretan adegan aksi dengan pencapaian
special effect yang jauh dari kesan mengecewakan.
Jalan cerita Real Steel
berlatarbelakangkan waktu pada tahun 2020, dimana olahraga tinju tidak
lagi dilakukan oleh manusia, melainkan dilakukan oleh para robot yang
dikendalikan oleh para manusia dengan tujuan agar para robot yang
bertanding dapat bertarung habis-habisan. Dikisahkan bahwa Charlie
Kenton (Hugh Jackman) adalah seorang mantan petinju yang kini menjadikan
laga tinju para robot sebagai mata pencahariannya. Dan Charlie bukanlah
seorang pengendali robot yang baik. Robot yang ia kendalikan seringkali
mengalami kekalahan dan kehancuran yang ujung-ujungnya membuat Charlie
selalu berada dalam kesulitan finansial.
Pada suatu hari, mantan kakak iparnya,
Debra (Hope Davis), dan suaminya, Marvin (James Rebhorn), datang dengan
sebuah surat untuk meminta hak asuh penuh terhadap anak Charlie, Max
(Dakota Goyo), yang kini hidup seorang diri setelah ibunya meninggal
dunia. Melihat peluang bahwa ia dapat memperoleh aliran dana segar,
Charlie lalu ‘menjual’ Max kepada Marvin dengan persyaratan bahwa
Charlie mau menjaga dan merawat Max selama Debra dan Marvin berliburan
ke luar negeri. Dengan uang yang ia dapatkan dari Marvin, Charlie
akhirnya membeli sebuah robot baru yang akan ia gunakan untuk bertarung.
Namun, seperti yang dapat diduga oleh setiap penonton, bersamaan dengan
perjalanan waktu, hubungan Charlie dan Max secara perlahan mulai
menghangat.
Pada durasi awal film ini, Real Steel
murni menggambarkan buruknya karakter Charlie dalam kehidupan
sehari-harinya: suka berbohong, egois, tidak memiliki pendirian yang
tetap dan bahkan mau ‘menjual’ anaknya demi sejumlah uang. Beruntung
karakter Charlie Kenton diperankan oleh Hugh Jackman. Kharisma aktor
tampan asal Australia ini akan membuat penonton Real Steel
merasa sulit untuk membenci karakter Charlie Kenton seburuk apapun jalan
cerita film ini berusaha menggambarkan karakter tersebut. Transisi sisi
kehidupan karakter Charlie dari seorang yang berperangai buruk menjadi
seseorang yang memiliki wibawa dan tanggung jawab menjadi semakin mudah
ketika karakter Max yang diperankan Dakota Goyo memasuki jalan cerita.
Selanjutnya, akan sangat mudah bagi penonton untuk menebak arah cerita Real Steel yang sebenarnya.
The Ambush, robot terakhir sisa harapannya, harus kalah pada
pertunjukan terakhir melawan banteng. Memaksanya untuk segera mencari
pengganti sekaligus melunasi hutang-hutang.Kebetulan pada saat bersamaan
di pengadilan, pemutusan hakim perkara hak asuh anak sedang
dilaksanakan. Melihat hal itu, Charlie membuat perjanjian dengan ayah
angkat Max, agar membayar 100.000 dollar.Dari situlah awal petualangan
baru dimulai, antara ayah dan anak yang baru bertemu. Saling berdebat
dan merasa paling benar. Charlie lagi-lagi harus menelan kekecewaan.
Noisy Boy, robot baru yang dibeli dari uang perjanjian harus terbantai
habis-habisan di atas ring. real steel sinopsis
Karena sudah tidak ada peluang untuk memiliki robot baru, Charlie dan
Max menuju ke tempat pembuangan. Karena ketidakhati-hatiannya, Max
terjatuh dan beruntung tersangkut di sebuah rongsokan lengan robot.
Sebuah robot yang akan menjadi tolak balik kehidupan keduanya.Dari sisa
onderdil Ambush dan Noisy Boy, dengan bantuan Bailey seorang teknisi,
Robot bernama ATOM dari Generesi kedua keluaran tahun 2014 berhasil
dihidupkan kembali.Meskipun bertubuh kecil, Atom yang digerakkan
berdasarkan respon proteksi dari gerakan Max dan Charlie mampu menghajar
lawan-lawannya yang lebih besar. Akhirnya, taruhan demi taruhan
berhasil dilalui, Atom semakin terkenal di kalangan pertandingan tinju
antar robot.Sampai akhirnya, mereka menuju ke pentas pertandingan tinju
bergengsi di dunia. Sebuah ajang pertarungan antar robot dengan
teknologi terbaru di WRB
Pun begitu, bukan berarti
Real Steel tampil datar dan tidak menarik. Memang, jalan cerita mengenai seorang
underdog
yang berusaha untuk mencapai tangga kemenangan merupakan sebuah premis
dasar yang dapat ditemui di setiap film-film bertema olahraga lainnya.
Namun dengan sentuhan modernitas yang dihadirkan lewat kehadiran para
karakter robot yang disajikan sebagai para petarung di film ini, Shawn
Levy berkesempatan untuk menghadirkan sebuah sisi cerita lain yang dapat
mempesona penonton, yakni sisi tampilan
special effect film
ini. Dan benar saja, deretan robot yang dihadirkan berhasil tampil
meyakinkan. Dukungan produksi kelas atas dari bagian suara hingga gambar
semakin menambah gemilang pencapaian film yang berdurasi lebih dari 120
menit ini.
Dan adalah sangat menyenangkan mengingat
bahwa selain jalan cerita film ini yang merupakan sebuah fiksi belaka,
seluruh kandungan yang terdapat di dalamnya mampu dihadirkan begitu
nyata: mulai dari adegan-adegan pertarungannya hingga hubungan yang
terjalin antara karakternya. Benar bahwa pada beberapa titik,
sentimentalitas Real Steel terasa terlalu berlebihan. Namun
ketika semenjak awal penonton telah berhasil dibuat tertarik dan
memiliki hubungan emosional tersendiri dengan jalan cerita dan setiap
karakter di film ini, sentimentalitas kuat yang dihadirkan justru akan
terasa bagaikan sebuah kisah hidup yang dialami sendiri oleh setiap
penontonnya.
Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa Real Steel adalah sebuah film yang memiliki seluruh kualitas yang diinginkan Michael Bay untuk hadir dalam seri Transformers.
Shawn Levy mampu menghadirkan deretan kualitas produksi mulai gambar
hingga suara yang begitu tertata rapi dan terlihat meyakinkan. Di saat
yang sama, dramatisasi kisah film ini menjadikan Real Steel
tetap mampu menjalin hubungan emosional dengan para penontonnya. Deretan
pengisi departemen akting film ini juga mampu tampil memuaskan, dengan
Hugh Jackman dan Dakota Goyo berhasil memberikan daya tarik yang membuat
karakter yang mereka perankan begitu hidup. Real Steel adalah sebuah hiburan aksi yang berhasil mengimbanginya dengan jalan cerita humanis yang begitu terasa indah untuk diikuti.